Yoga Sutra Patanjali (1)
(Pengantar)
Oleh : Anatta Gotama, Denpasar
Yoga Sutra yang disusun oleh Maharsi Patanjali ini adalah teks kiasik terbesar dan terutama dalam aliran filsafat Yoga India. Ditulis 2.500 tahun yang lalu; jadi kurang lebih sezaman dengan Buddha Gotama. Bahkan ada yang berpendapat bahwa teks ini telah disusun tak kurang dan abad ke-2 SM. Di dalamnya, sutra-sutra tentang Yoga atau penyatuan universalnya pendek dan akurat menegaskan bagian-bagian esensial secara lengkap dan rinci. Mengingat kepadatan dan kepekatan kandungan makna filosofis spiritualnya, Yoga Sutra dianjurkan agar dijelaskan dan diterjemahkan oleh seorang guru Yoga melalui komentar-komentar. Praktik Yoga dipandang sebagai pelengkap dan dalam satu kesatuan pandang dengan filsafat Sankhya. Tujuan pokoknya adalah merealisasikan kebebasan jiwa dari kungkungan maya.
Yoga Sutra Patanjali (1)
(Pengantar)
Oleh : Anatta Gotama, Denpasar
Yoga Sutra yang disusun oleh Maharsi Patanjali ini adalah teks kiasik terbesar dan terutama dalam aliran filsafat Yoga India. Ditulis 2.500 tahun yang lalu; jadi kurang lebih sezaman dengan Buddha Gotama. Bahkan ada yang berpendapat bahwa teks ini telah disusun tak kurang dan abad ke-2 SM. Di dalamnya, sutra-sutra tentang Yoga atau penyatuan universalnya pendek dan akurat menegaskan bagian-bagian esensial secara lengkap dan rinci. Mengingat kepadatan dan kepekatan kandungan makna filosofis spiritualnya, Yoga Sutra dianjurkan agar dijelaskan dan diterjemahkan oleh seorang guru Yoga melalui komentar-komentar. Praktik Yoga dipandang sebagai pelengkap dan dalam satu kesatuan pandang dengan filsafat Sankhya. Tujuan pokoknya adalah merealisasikan kebebasan jiwa dari kungkungan maya.
Kurangnya informasi tentang Yoga telah mengundang persepsi keliru yang tak sedikit di kalangan awam. Yoga sering dikacaukan dengan Tapa, bahkan dengan sesuatu yang berbau takhayul. Atau memandangnya dari sudut pandang kegaiban dan kanuragan saja. Itu jugalah alasan yang menggugah saya untuk menulis buku ini.
Berikut ini adalah paparan Sri Swami Sivananda-pendiri The Divine Life Society-tentang Yoga:
“Yoga bukanlah mengurung diri di dalam gua-gua, bukan pula berkelana di hutan-hutan lebat sekitar Pegunungan Himalaya. Ia juga bukan hanya memakan jenis makanan yang berupa sayur-mayur dari pegunungan. Brahman bukanlah pengecut yang lari dari hiruk-pikuknya komunitas dan pemukiman manusia. Praktikkan sajalah Yoga di rumah Anda sendiri. Manakala hasrat untuk mempraktikkannya muncul, ini berarti bahwa kebebasan telah berada dalam jangkauan Anda, oleh karenanya manfaatkan peluang ini sebaik-baiknya. Menjalani kehidupan sebagai seorang yogi, tidaklah mesti menelantarkan siapa pun juga atau mengabaikan kewajiban-kewajiban melekat Anda. Ia bermakna mengubah sikap hidup dan kebiasaan mengerja kan sesuatu yang sia-sia, menuju jalur yang secara pasti mengantarkan langsung kepada Tuhan. Ia dibarengi dengan perubahan perilaku dalam menjalani kehidupan serta metode-metodenya guna membebaskan diri Anda dan berbagai belenggu dan kemelekatan. Kebenaran dan pengabaian keakuan, sebenarnya merupakan masalah sikap batin.”
Sesuai sistematika dan teks aslinya, Kidung Kelepasan Patanjali ini pun disajikan dalam empat bagian (pada), masing-masing:
• Samãdhi Pãda
• Sãdhana Pãda
• Vibhuti Pãda
• Kaivalya Pãda
Samãdhi Pãda - Hakikat Penyatuan Agung
Pada yang tersusun dalam 51 suara ini memaparkan tentang landasan filosofis spiritual Yoga, hakikat dari penyatuan dan hakikat ketuhanan dalam Yoga. Kita juga akan menemukan paparan yang menyangkut intisari keimanan Hindu, yang juga berhampiran dengan Buddha, serta penerangan yang amat bersesuaian dengan upanishad-upanishad dan Veda Sruti. Dari bagian ini pula, bila kita cermati, kesinambungan antara Sankhya Darsana dan Vedanta terjembatani dengan shastragama-shastragama lain. Pada ini merupakan pembuka yang berisi pembekalan pada tahp persiapan, sebagai landasan, dan kerangka dasar seorang sadhaka, seorang penekun di jalan spiritual.
Samadhi Pada terutama menjelaskan beberapa jenis Samadhi sesuai dengan tersisa atau tidaknya objek di dalam Samadhi, yang dicapai bersama dengan terhentinya pusaran-pusaran pikiran. Kaivalya, yang merupakan isu sentral dari Yoga Sutra ini, hanya dicapai melalui Nirvikalpa atau Nirbija Samadhi. Walaupun demikian, jenis pencapaian lain tetap merupakan pencapaian tinggi yang merupakan penghampiran pra yang tertinggi. Pembekalan mendasar, seperti ketidak-melekatan (Vairagya) dan pembiasaan laku-spiritual (Abhyasa) juga diberikan, sebelum seorang sadhaka terjun dalam praktik kehidupan spiritual secara intens.
Sadhana Pada - Paparan Praktis Praktek Spiritual
Pada yang tersusun dan 55 sutra ini memberikan paparan praktis bagi seorang sadhaka. Di sini akan diperkenalkan Yama, Niyasa, Pranayama, dan Pratyahara, serta persiapan untuk memasuki tiga serangkai – Samyama-Dharana-Dhyana-Samadhi. Samyama akan dibahas pada Vibhuti Pada. Metode pembebasan psikologis dan spiritual yang terdiri dari delapan tahapan ini, juga dikenal dengan Ashtanga Yoga.
Di sini juga diingatkan akan bahaya dari siddhi bagi seorang sadhaka sejati. Secara keseluruhan prinsip-prinsip praktis dari Yoga akan dipaparkan secara lugas. Ketika mengikuti Sadhana Pada ini, kita seakan-akan sedikit “dipaksa” untuk memahami sistem Yoga praktis tertentu, terutama Hatha Yoga dan Laya Yoga atau Kundalini Yoga.
Vibhuti Pada - Paparan tentang Kekuatan dan Kesempurnaan
Di sini dipaparkan tuntunan praktis yang lebih tinggi, terutama mengenai tiga serangkai Sam yama, melalui kekuatan spiritual, kegaiban, hingga kesempurnaan Yoga bisa dicapai.
Bagi mereka yang memiliki naluri mistis yang kuat, bagian yang tersusun dan 56 sutra ini akan menjadi bagian yang paling menarik. Di sini juga disampaikan petingatan-peringatan untuk tidak melaksanakan Yoga hanya demi perolehan kekuatan dan kegaiban itu, apalagi terikat padanya. Karena dapat dengan mudah menjatuhkan sang penekun.
Kaivalya Pada - Menggapai Kebebasan Sejati
Di antara keempat pada, Kaivalya Pada inilah yang tersingkat. Paparannya padat, berfokus pada pencapaian Kaivalya dan tentang bagaimana seorang yogi yang telah mencapai status itu. Di sini Patanjali tak lupa menyelipkan tatanan etika-moral luhur dari seorang yogi sempurna - yang dalam ajaran Vedanta dikenal sebagai Jivanmukti, ia yang telah terbebaskan dari siklus Samsara dan tak terlahirkan kembali di alam mana pun - di antara 34 suara pembentuknya.
Jadi, secara keseluruhan, keempat pada benar-benar membentuk satu kesatuan integral, yang kait-mengkait satu sama lain, mengalir dan berlanjut, saling memperjelas dan mempertegas. Yang juga meminta praktisi mempelajari Yoga Sutra guna memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang praktik Yoga itu sendiri - secara berulang-ulang.
Pada ini merupakan manual-praktis yang tersaji dalam satu kesatuan bahasan komprehensif, menyeluruh, dan terpadu. Guna menunjang bahasan-bahasan, dengan segala kerendahan hati, di akhir buku ini saya menyajikan sebuah tulisan lepas sebagai apendiks.
Pada kesempatan yang bersahaja ini kita bersyukur dan bersujud dengan penuh hormat kepada Maharsi Patanjali, atas kemurahan hati beliau tanpa pamrih telah menyusun sistematika praktis serta melahirkan satu aliran filsafat (dharsana) agung yang tiada duanya, yang dapat mengantarkan manusia menuju kebebasan sejati. WHD NO. 509 Mei 2009.
www.parisada.org